One day ..
God wrote a destiny
That two people would met in a bright Monday Morning
Started with a simple hello that was unexpectedly brought to a new journey of life
Full of smile and laugh ... even with anger and tears
Countless fight we did together
So many journeys we went through
So many stories were shared and created ...
Yeah ...
We shared laugh, tears, happiness even bitterness ...
I'd seen your tears
I was there when you were in the lowest level of your life
Even you also sometimes saw mine ..
Stuff that not I usually share with others
You know ...
I miss u dude ....
Miss every journey we spent
Every though we share
Even every silly fight we did ...
Would you by any chance remember all those memories ... ?
Would you remember me in your future life ?
If in case there is still me in your mind by the time we get old, how will it be then ?
A best friend, someone u used to fall for, partner in crime, or an ordinary girl that passed by ....
Oh Gosh ...
Without knowing what currently mind and heart are ...
Let me make a confession
I definitely miss you ...
I do ....
Bdg, Dec 18 2013
pic taken from here
Have you ever imagine ...
Meeting someone that you know you would feel no thing special
But surprisingly, there're always reasons for you to be together...
Even both of you realize
You have your own life that prevent you to hold each other hands
There's always a space that you share together
And you know that you have different place to go
Yet you always meet somewhere on the road
So, can you define what we are now ?
What kind of life we go through lately ?
How can I live with this kind of destiny ..
We're together yet apart ...
We're apart yet together
Seeing you from this distance made me ask same question ..
Again and again ...
How are you, Thee ?
Are you good ?
Are you truly good without me around ?
Silly question, huh ?
Since I know how your life goes with her
It's great ... d*mn great ...
And I do know how well it is
So, what's left here for me ?
Can I call it hope ?
Or is it just a dream ...
A dream that always be a dream ...
Please tell me, thee ...
What should I do now ?
Do I have to wake up ?
Do live in a real life will help me then ?
Coz you know ...
I'm really not good without you around
Engkau hadir untuk mengajarkan sebuah cinta ...
Entah itu untuk merasakan bahagia atas kehadirannya
atau justru mengajarkan kekuatan untuk bangkit setelah terluka karenanya ...
Karena kutau, engkau hadir untuk sebuah makna ...
Bandung, May 21st 2013
Pic taken from here
Thursday, February 21, 2013
feeling,
fiksi,
heart,
meracau,
story,
WriteOn,
WriteOnFocus
1 comments
Kita, Pantai dan Senja ...
Sang surya mulai merangkak
mendekati samudera. Bersiap masuk ke peraduan yang setia menanti hadirnya, guna
melepas penat karena seharian bekerja. Cakrawala pun berubah menjadi jingga,
tanda senja telah hadir menyapa.
Aku melayangkan padangan
berkeliling. Kudapati belum ada orang yang beranjak meninggalkan tempatnya. Syahdunya
pertemuan mentari dan lautan memang layak untuk disaksikan. Terlalu indah untuk
dilewatkan begitu saja ..
Setidaknya itu yang kita berdua
pahami. Maka rutinitas itu kemudian hadir, sejak pertama kita bertemu di pantai
dan senja. Berulang kali pertemuan tak sengaja hadir dengan latar yang sama : pantai dan senja. Dua hal yang cukup membuat akhirnya tangan kita terangkat untuk sekedar jabat tangan perkenalan.
Pun ketika pada akhirnya, entah
siapa yang memulai, pantai ini dan senja menjadi latar untuk cerita kita. Bukan
cerita romantis seperti yang ada pada novel percintaan dua anak manusia. Sama
sekali bukan. Rutinitas kita hanya diisi dengan duduk di atas pasir, atau terkadang
berjalan menelusuri pantai dan bercerita. Mmm … mungkin lebih tepatnya engkau
bercerita dan aku mendengarkan.
Kenapa hanya engkau yang
bercerita ? Ah … sampai hari ini, hampir dua belas purnama sejak pertemuan pertama kita, hal itu tetap menjadi misteri. Mungkin memang
begitulah adanya kita dan kenapa ada ‘kita’. Setiap pertemuan diisi
dengan cerita tentang dirimu, hari-harimu dan segala kisah hidupmu. Aku sendiri
tidak berinisiatif mengambil porsi yang sama denganmu. Cukup mendengarkan ..
itu saja ….
Lelahkah aku ? Aku rasa tidak ….
Jika mendengarkanmu sudah cukup membuatku bahagia, apalagi yang perlu kuminta ?
Mungkin diri ini terlalu pengecut untuk sedikit saja mengambil inisiatif untuk bercerita.
Terlalu takut akan kehilangan kebahagiaan yang selama ini menyusup di jiwa. Tapi aku tak peduli ...
Rembulan sudah berjalan tuk menempati posisinya. Berarti sebentar lagi tidak akan ada kita, pantai dan senja. Yang
ada hanya aku dan kamu. Dua individu yang kembali menjadi asing dan menempuh
jalan yang berbeda.
“Sampai bertemu lagi. Terima kasih untuk hari ini …” Salam
perpisahan diiringi senyuman kecilmu menjadi kata-kata yang kudengar dari
mulutmu di senja ini, sama seperti senja-senja lainnya.
Aku terdiam sejenak .. menimbang
kata-kata yang paling pas untuk kuucapkan sebagai penutup pertemuan kita. Aku
melihatmu menunggu sesuatu terucap dari bibirku. Perlukah kata-kata ini kuucapkan ? Bukankah kehadiranku bukanlah sesuatu yang
nyata bagi sekelilingmu ?
Ah … ini hanya kata-kata basa
basi sebelum akhirnya besok kita bertemu lagi kan ? Pikirku …
Lambaian tangan menutup senja
kita ….
Lirih ku berucap …
“Sampaikan salamku pada kekasihmu …”
---
Bandung, Feb 21st 2013
pic taken from here
Sudut mataku menangkap bahasa
tubuhmu yang mulai gelisah. Kakimu sibuk memainkan pasir, sementara pandanganmu
sekali-sekali terarah jauh ke ujung cakrawala, menatap surya yang mulai
beranjak turun dari singgasananya. Kau baru saja mengalihkan pandanganmu dari
sosokku yang tertunduk dalam di sampingmu. Desahan panjang masih terdengar dari
nafasmu. Terdengar begitu frustasi. Aku juga menyadari ada butiran bening yang bersarang
di mata indahmu.
Ah .. aku benci keadaan ini.
Kenyataan ini begitu tiba-tiba.
Asa yang tengah membumbung tinggi turut direnggutnya. Andaikan dari dulu aku tidak membuat kebodohan itu, mungkin tidak akan seperti ini jadinya. Tapi apakah rasa sesal ini akan berguna ?
“Aku minta maaf …” Suara lirihmu
akhirnya terdengar. Memecah kesunyian yang sejak tadi hanya diisi suara ombak
yang berkejar menabrak karang.
Aku tidak tau sebenarnya siapa
yang seharusnya meminta maaf, engkau yang baru saja meruntuhkan harapan atau
aku yang terlambat sadar ?
Sebelum sempat menjawab
permintaan maaf yang kusadari tidak perlu keluar dari mulutmu, aku mendapati dirimu
beranjak pergi. Seulas senyum terakhir yang jelas sekali dipaksakan sempat kutangkap sebelum kau mengucapkan selamat tinggal.
Sementara aku masih diam terpaku seolah badan ini menolak digerakkan. Bahkan aku sendiri tidak punya tenaga untuk sedikit saja membalas senyummu. Hanya tatapan yang sempat kuarahkan pada sosokmu yang terus menjauh dari pandangan.
“Arrghh … Andai saja aku lebih
cepat menyadari semuanya ….” Hatiku kembali berteriak. Tetap tidak puas atas
kebodohan yang membuatku pada akhirnya harus kehilanganmu.
Mataku kembali menatap undangan berwarna merah
marun yang ada di tanganku. Namamu tercetak di sana, dan tentu saja bukan namaku yang mendampinginya.
"Aku ingin bersamamu. Bisakah ?"
Ingatanku melayang pada pertemuan kita setahun yang lalu. Tatkala kudapati engkau mengumpulkan keberanian mengungkapkan rasa yang sebenarnya kusadari lama sudah kau pendam.
"Maaf .. aku tidak bisa"
Jawabanku saat itu masih kuingat dengan sangat baik. Kebodohanku yang tidak menyadari akan pentingnya sosokmu yang selalu hadir membuatku mengatakan jawaban yang ternyata akan kusesali seumur hidupku. Jawaban yang membuat engkau menghilang tanpa jejak, yang pada akhirnya menyadarkanku betapa berartinya dirimu.
Dan hari ini, tepat setahun setelah kau menghilang, kau kembali. Sayangnya kau tidak benar-benar kembali. Karena ketika tak ingin kubuang waktuku untuk menyatakan betapa aku begitu menyesal telah membuatmu pergi, jawaban yang kuterima adalah undangan bertuliskan namamu dan namanya.
-----
Titiran, January 29th 2013
Pic taken from here
Thursday, January 3, 2013
brokenheart,
fiksi,
heart,
meracau,
running away,
WriteOn,
WriteOnFocus
3
comments
Running Away ....
Coklat setengah dingin itu masih tersisa cukup banyak. Padahal jarum panjang di jam yang melekat di pergelangan tangan mungilnya sudah bergerak hampir satu putaran penuh... Novel setebal lebih dari 300 halaman yang dari tadi menemaninya pun baru berpindah beberapa lembar saja.
Sementara itu, pasangan berambut pirang yang duduk tidak jauh dari tempatnya, saling bersandaran dan terlelap dengan sempurna. Wajah-wajah mereka menyiratkan kelelahan, sama seperti puluhan orang yang dengan santainya membaringkan badan mereka di lobi terminal bandara. Kebanyakan mata mereka terpejam, tanpa peduli dinginnya lantai terminal bandara yang cukup menusuk sampai ke tulang.
Pukul satu dini hari, baru 1 jam sejak lonceng pergantian tahun berbunyi. Sementara di tengah kota sana, kebanyakan orang mungkin masih berpesta, menyalakan kembang api yang masih tersisa atau sibuk meniup terompet yang menandakan betapa perasaan suka cita timbul karena pertambahan satu angka di tahun kalender mereka. Di sini, yang ia dapati hanya lah puluhan sosok yang terlelap tanpa peduli betapa hari telah berganti. Ia tersenyum sinis, mendapati bahwa dirinya juga bagian dari mereka. Pergantian hari, bulan bahkan tahun bahkan sudah tidak berarti apa-apa. Terutama sejak .... ah sudahlah. Batinnya menolak untuk mengingat.
Gadis itu mendesah berat ... Badannya sebenarnya sudah sangat lelah, otaknya pun sedang tidak bisa diajak berpikir. Namun matanya seolah menolak terpejam. Badannya berulang kali bergerak mencari posisi yang bisa membuatnya nyaman. Tapi apakah kenyamanan itu benar-benar dapat ia rasakan ? Setelah semua beban seakan mendarat sempurna di pundak rapuhnya.
Pandangannya tertuju pada monitor yang tak jauh dari tempatnya menyandarkan badan. Masih 6 jam lagi menuju penerbangan berikutnya. Sementara ingatannya masih menari liar ke seberang lautan, ke tempat yang baru beberapa jam yang lalu ditinggalkannya.
"I just can't be with you ... "
"Tapi kenapa ? Give me one reason"
"You'll be better without me"
D*mn ... Lagi-lagi ia mengutuki dirinya siendiri. Kenapa setiap ingatan yang singgah di otaknya selalu mengarah ke sana. Semakin ia berusaha keras melupakannya, semakin semuanya menancap dalam pikirannya.
Sekali lagi gadis itu mencoba memejamkan matanya. Memaksakan diri untuk terlelap. Terus mencoba melupakan rasa kecewa yang mendera. Ia tahu akan sangat sulit ... tapi ia harus terus mencoba .... mungkin tidak hari ini, tapi ia yakin suatu saat nanti ....
-----
Subscribe to:
Posts (Atom)