Thursday, February 21, 2013

Kita, Pantai dan Senja ...




Sang surya mulai merangkak mendekati samudera. Bersiap masuk ke peraduan yang setia menanti hadirnya, guna melepas penat karena seharian bekerja. Cakrawala pun berubah menjadi jingga, tanda senja telah hadir menyapa.

Aku melayangkan padangan berkeliling. Kudapati belum ada orang yang beranjak meninggalkan tempatnya. Syahdunya pertemuan mentari dan lautan memang layak untuk disaksikan. Terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja ..

Setidaknya itu yang kita berdua pahami. Maka rutinitas itu kemudian hadir, sejak pertama kita bertemu di pantai dan senja. Berulang kali pertemuan tak sengaja hadir dengan latar yang sama : pantai dan senja. Dua hal yang cukup membuat akhirnya tangan kita terangkat untuk sekedar jabat tangan perkenalan.

Pun ketika pada akhirnya, entah siapa yang memulai, pantai ini dan senja menjadi latar untuk cerita kita. Bukan cerita romantis seperti yang ada pada novel percintaan dua anak manusia. Sama sekali bukan. Rutinitas kita hanya diisi dengan duduk di atas pasir, atau terkadang berjalan menelusuri pantai dan bercerita. Mmm … mungkin lebih tepatnya engkau bercerita dan aku mendengarkan.

Kenapa hanya engkau yang bercerita ? Ah … sampai hari ini, hampir dua belas purnama sejak pertemuan pertama kita, hal itu tetap menjadi misteri. Mungkin memang begitulah adanya kita dan kenapa ada ‘kita’. Setiap pertemuan diisi dengan cerita tentang dirimu, hari-harimu dan segala kisah hidupmu. Aku sendiri tidak berinisiatif mengambil porsi yang sama denganmu. Cukup mendengarkan .. itu saja ….

Lelahkah aku ? Aku rasa tidak …. Jika mendengarkanmu sudah cukup membuatku bahagia, apalagi yang perlu kuminta ? Mungkin diri ini terlalu pengecut untuk sedikit saja mengambil inisiatif untuk bercerita. Terlalu takut akan kehilangan kebahagiaan yang selama ini menyusup di jiwa. Tapi aku tak peduli ... 

Rembulan sudah berjalan tuk menempati posisinya. Berarti sebentar lagi tidak akan ada kita, pantai dan senja. Yang ada hanya aku dan kamu. Dua individu yang kembali menjadi asing dan menempuh jalan yang berbeda.

“Sampai bertemu lagi. Terima kasih untuk hari ini …” Salam perpisahan diiringi senyuman kecilmu menjadi kata-kata yang kudengar dari mulutmu di senja ini, sama seperti senja-senja lainnya.

Aku terdiam sejenak .. menimbang kata-kata yang paling pas untuk kuucapkan sebagai penutup pertemuan kita. Aku melihatmu menunggu sesuatu terucap dari bibirku. Perlukah kata-kata ini kuucapkan ? Bukankah kehadiranku bukanlah sesuatu yang nyata bagi sekelilingmu ?

Ah … ini hanya kata-kata basa basi sebelum akhirnya besok kita bertemu lagi kan ? Pikirku …

Lambaian tangan menutup senja kita ….

Lirih ku berucap  …

“Sampaikan salamku pada kekasihmu …”


---

Bandung, Feb 21st 2013
pic taken from here

1 comments:

grasyaLinc said...

saya kagum dengan karya anda..
berikan saya tips untuk menulis juga
bagi pemula seperti saya:)

Post a Comment

 
;