Tuesday, January 29, 2013 2 comments

Penyesalan ....




Sudut mataku menangkap bahasa tubuhmu yang mulai gelisah. Kakimu sibuk memainkan pasir, sementara pandanganmu sekali-sekali terarah jauh ke ujung cakrawala, menatap surya yang mulai beranjak turun dari singgasananya. Kau baru saja mengalihkan pandanganmu dari sosokku yang tertunduk dalam di sampingmu. Desahan panjang masih terdengar dari nafasmu. Terdengar begitu frustasi. Aku juga menyadari ada butiran bening yang bersarang di mata indahmu.

Ah .. aku benci keadaan ini.

Kenyataan ini begitu tiba-tiba. Asa yang tengah membumbung tinggi turut direnggutnya. Andaikan dari dulu aku tidak membuat kebodohan itu, mungkin tidak akan seperti ini jadinya. Tapi apakah rasa sesal ini akan berguna ?

“Aku minta maaf …” Suara lirihmu akhirnya terdengar. Memecah kesunyian yang sejak tadi hanya diisi suara ombak yang berkejar menabrak karang.

Aku tidak tau sebenarnya siapa yang seharusnya meminta maaf, engkau yang baru saja meruntuhkan harapan atau aku yang terlambat sadar ?

Sebelum sempat menjawab permintaan maaf yang kusadari tidak perlu keluar dari mulutmu, aku mendapati dirimu beranjak pergi. Seulas senyum terakhir yang jelas sekali dipaksakan sempat kutangkap sebelum kau mengucapkan selamat tinggal. 

Sementara aku masih diam terpaku seolah badan ini menolak digerakkan. Bahkan aku sendiri tidak punya tenaga untuk sedikit saja membalas senyummu. Hanya tatapan yang sempat kuarahkan pada sosokmu yang terus menjauh dari pandangan.

“Arrghh … Andai saja aku lebih cepat menyadari semuanya ….” Hatiku kembali berteriak. Tetap tidak puas atas kebodohan yang membuatku pada akhirnya harus kehilanganmu. 

Mataku kembali menatap undangan berwarna merah marun yang ada di tanganku. Namamu tercetak di sana, dan tentu saja bukan namaku yang mendampinginya. 

"Aku ingin bersamamu. Bisakah ?"

Ingatanku melayang pada pertemuan kita setahun yang lalu. Tatkala kudapati engkau mengumpulkan keberanian mengungkapkan rasa yang sebenarnya kusadari lama sudah kau pendam. 

"Maaf .. aku tidak bisa" 

Jawabanku saat itu masih kuingat dengan sangat baik. Kebodohanku yang tidak menyadari akan pentingnya sosokmu yang selalu hadir membuatku mengatakan jawaban yang ternyata akan kusesali seumur hidupku. Jawaban yang membuat engkau menghilang tanpa jejak, yang pada akhirnya menyadarkanku betapa berartinya dirimu.

Dan hari ini, tepat setahun setelah kau menghilang, kau kembali. Sayangnya kau tidak benar-benar kembali. Karena ketika tak ingin kubuang waktuku untuk menyatakan betapa aku begitu menyesal telah membuatmu pergi, jawaban yang kuterima adalah undangan bertuliskan namamu dan namanya.



-----

Titiran, January 29th 2013

Pic taken from here


Thursday, January 3, 2013 3 comments

Running Away ....





Coklat setengah dingin itu masih tersisa cukup banyak. Padahal jarum panjang di jam yang melekat di pergelangan tangan mungilnya sudah bergerak hampir satu putaran penuh... Novel setebal lebih dari 300 halaman yang dari tadi menemaninya pun baru berpindah beberapa lembar saja.

Sementara itu, pasangan berambut pirang yang duduk tidak jauh dari tempatnya, saling bersandaran dan terlelap dengan sempurna. Wajah-wajah mereka menyiratkan kelelahan, sama seperti puluhan orang yang dengan santainya membaringkan badan mereka di lobi terminal bandara. Kebanyakan mata mereka terpejam, tanpa peduli dinginnya lantai terminal bandara yang cukup menusuk sampai ke tulang.

Pukul satu dini hari, baru 1 jam sejak lonceng pergantian tahun berbunyi. Sementara di tengah kota sana, kebanyakan orang mungkin masih berpesta, menyalakan kembang api yang masih tersisa atau sibuk meniup terompet yang menandakan betapa perasaan suka cita timbul karena pertambahan satu angka di tahun kalender mereka. Di sini, yang ia dapati hanya lah puluhan sosok yang terlelap tanpa peduli betapa hari telah berganti. Ia tersenyum sinis, mendapati bahwa dirinya juga bagian dari mereka. Pergantian hari, bulan bahkan tahun bahkan sudah tidak berarti apa-apa. Terutama sejak .... ah sudahlah. Batinnya menolak untuk mengingat.

Gadis itu mendesah berat ... Badannya sebenarnya sudah sangat lelah, otaknya pun sedang tidak bisa diajak berpikir. Namun matanya seolah menolak terpejam. Badannya berulang kali bergerak mencari posisi yang bisa membuatnya nyaman. Tapi apakah kenyamanan itu benar-benar dapat ia rasakan ? Setelah semua beban seakan mendarat sempurna di pundak rapuhnya.

Pandangannya tertuju pada monitor yang tak jauh dari tempatnya menyandarkan badan. Masih 6 jam lagi menuju penerbangan berikutnya. Sementara ingatannya masih menari liar ke seberang lautan, ke tempat yang baru beberapa jam yang lalu ditinggalkannya.

"I just can't be with you ... "
"Tapi kenapa ? Give me one reason"
"You'll be better without me"

D*mn ... Lagi-lagi ia mengutuki dirinya siendiri. Kenapa setiap ingatan yang singgah di otaknya selalu mengarah ke sana. Semakin ia berusaha keras melupakannya, semakin semuanya menancap dalam pikirannya.

Sekali lagi gadis itu mencoba memejamkan matanya. Memaksakan diri untuk terlelap. Terus mencoba melupakan rasa kecewa yang mendera. Ia tahu akan sangat sulit ... tapi ia harus terus mencoba .... mungkin tidak hari ini, tapi ia yakin suatu saat nanti ....






-----

Pic taken from here and here

 
;