Sunday, May 16, 2010 0 comments

Maaf, Jika aku berpaling



Dulu, Aku begitu sangat menyukaimu, hujan. Suaramu yang begitu keras, Mampu meredam teriakan kekecewaan yang sering kulontarkan. Begitu pun airmu yang jernih. Sanggup menyamarkan air mata yang tak sanggup lagi kutahan.


Kau ingat, kan ? Ketika dunia menolak mendengar jeritanku, dan mereka memilih mengabaikan tangisku. Setiamu lah ... hujan. Yang pada akhirnya menenangkanku ...


Tapi maafkan aku ....

Bukan karena kau tak mampu lagi menjawab gelisahku, ataupun karena kegagalanmu menyejukkan hatiku. Sungguh ... bukan itu, hujan. Kau tidak berubah. Kau masih sama setianya seperti sejak aku mengenalmu dan kau menawarkan segala obat luka itu. Jadi, ini sama sekali bukan karena engkau ...

Ini semua murni karena aku, Karena ketidaksetiaan ku, Karena aku yang berpaling ...


Kuakui, hujan. Selama ini, hanya dirimu yang kuanggap mengerti aku. Dan padamulah kusampaikan segala galau hatiku. Dan ketika engkau pergi, aku kembali memilih masuk ke peraduanku, mengunci diriku rapat untuk kemudian menanti kehadiranmu lagi.


Tapi sore itu berbeda. Aku yang begitu menikmati pertemuan kita, terlalu terlarut dalam tarianmu. Bahkan tak kusadari, ketika kau beranjak pergi. Ketika aku mulai menyadari kau sudah tak di sana dan pandanganku kuedarkan untuk mencari sosokmu, aku tiba-tiba melihatnya.


Ia begitu indah, juga menenangkan, sama sepertimu. Senyumannya yang begitu tulus, menyapaku yang masih diliputi kebingungan melihat dirinya.


Sungguh, aku tak mengerti perasaan ini hujan. Tiba-tiba saja aku merasakan ketenangan yang sama ketika melihatmu. Kucoba berteriak dan menangis seperti biasanya aku mencari kelegaan. Tapi yang ada suaraku seakan menolak untuk keluar, begitupun air mata yang seakan berhenti untuk mengalir. Namun, tetap saja kelegaan itu muncul dan bersemi di hatiku. Malahan sekarang ada rasa baru yang bermunculan. Secercah pengharapan muncul di hatiku. Sesuatu yang benar-benar baru dan terasa begitu nyaman bagiku ...


Dan sekarang, walaupun aku pastikan akan selalu mencintaimu, tapi kumohon izinkan aku berpaling ....




Sekali lagi maafkan aku hujan, maafkan jika kali ini aku berpaling pada PELANGI .......

Thursday, May 13, 2010 0 comments

Bukan Tentang Melupakan



Ini bukan tentang melupakan
Bahwa kita pernah jatuh
Atau lebih parah terperosok ke suatu lubang yang dalam

Ini juga bukan tentang melupakan
bagaimana rasa sakit itu datang

ketika hati ini teriris karena duka yang ia tinggalkan


ini bukan tentang melupakan
bahwa kita pernah dibawa melihat keindahan di pinggir tebing
kemudian didorong masuk jurang ke bawahnya

Sekali lagi
Ini bukan tentang melupakan
Hanya tentang melangkah keluar
Meninggalkan semua cerita itu di dalam
dan mengunci ruangan itu rapat-rapat






--------------------

Gerlong, Jan 20th 2010



Thursday, April 29, 2010 0 comments

Pembenci Bintang ...

"Aku benci bintang !" Katamu suatu kali ...

"Bintang itu kan indah ... Kenapa ? " Aku menggeleng tak mengerti. Bintang yang selalu jadi objek pujian banyak orang ... kenapa tiba-tiba kau benci ?

"Aku tau ..." Jawabmu singkat.

Gelagatmu menahanku untuk bertanya lebih jauh. Kucoba mendalami perasaanmu. Tapi kutetap tak mengerti. Pun ketika kupandang bintang yang hadir di langit malam ini. Tak ada yang salah. Jadi kenapa ... ?

Malam ini kulihat kau kembali menatap langit. Indah ... ada bintang di sana. Aku tak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Kau terus menatap langit. Ada bintang di sana. Apa kau sudah tidak benci lagi ?"

"Aku masih membencinya ..." Jawabmu pelan .. mmm setengah berbisik kurasa. Seakan kau tak mau bintang itu mendengarnya.

"Boleh aku tau kenapa .. ?" Apa yang kau ucapkan dan apa yang kau lakukan benar-benar tidak sejalan. Sungguh .. aku benar-benar penasaran kali ini.

"Aku benci keegoisannya. Datang dan pergi sesuka hatinya. Ia datang kapanpun ia mau. Malam ini ia ada, Tapi siapa yang bisa menjamin besok ia masih di sini ?"

Aku mulai mengerti maksudmu ...

"Aku benci keindahannya ... Ia sangat-sangat indah, membuat ku terpikat padanya. Tapi kau tau kan, ada jutaan orang di luar sana yang Ia bagi keindahan yang sama."

"Tapi yang paling aku benci ... Aku terus mengharapkan kedatangannya, bahkan setelah tau keegoisannya, setelah menyadari Ia datang tidak hanya untukku"

Kau tertunduk dalam kali ini ... Kulihat butiran bening hadir di matamu.

Aku mengerti ... Aku benar-benar mengerti sekarang.


d pic is from here

--------------------------

Bandung, Jan 13rd 2009
0 comments

Tangga Langit

Tuhan ...

Andai Engkau tidak memberiku keberanian

untuk sampaikan isi hatiku padanya

kumohonkan anugerahkan aku tangga menuju langit-Mu

agar dapat kuukirkan isi hatiku di sana

sehingga bisa kusampaikan padanya

bahwa AKU CINTA













April 7, 2010
Wednesday, April 28, 2010 0 comments

Permintaan Sederhana

Mata kita bertemu lagi
Kali ini saling menatap cukup lama,
Kau mengalah, menunduk, memainkan udara kosong di sekitar kakimu
Ya, seperti biasa, selalu begini
Aku sudah sangat hafal gerak gerikmu

Kuulangi permintaan yang sama
Kau masih diam membisu,
Mengulang bahasa tubuh yang terus menerus sama

Aku hanya mengajukan satu permintaan
Satu permintaan sederhana
Mengapa begitu sulit bagimu menyanggupinya

Aku hanya memohon satu permintaan sederhana
"Aku ingin bersama denganmu, bisakah ?"
Kenapa sulit sekali bagimu menjawabnya



Bandung, Jan 3rd 2009

Source of d pic : this link
0 comments

Menunggu ....

“Kamu mencintainya ?” Begitu pertanyaan yang pernah kulontarkan padamu

“Kurasa ... ya” Jawabmu sambil tersenyum

“Lalu dia ... ?”

“Entahlah ...”
Kau mengangkat bahu, tanda ketidaktahuanmu, masih sambil tersenyum.

“Kau masih mencintainya ?” Pertanyaan itu kembali kusampaikan padamu beberapa waktu yang lalu, ketika aku melihatmu masih terus memperhatikan sosoknya.

“Iya .“ Jawabmu, kembali dengan tersenyum

“Apa ia tahu ?”

“Entahlah ... kurasa tidak.”

“Lalu kenapa kau tidak memberitahunya”

“Andai aku punya keberanian ....” Kau tersenyum samar. Tapi aku menangkap kegalauan di raut wajahmu kali ini.

“Kenapa kau tidak berhenti saja ?” Hari ini aku melihatmu masih dengan kebiasaan itu, memperhatikanya, sama seperti sebelumnya, dari kejauhan.

“Belum ada yang membuatku berhenti”

“Maksudmu ?”

“Ia tidak pernah menolakku, juga tidak pernah menerimaku. Bahkan sampai sekarang Ia belum bersama siapapun. Aku hanya ingin menunggu sampai saat itu tiba. Saat dimana aku bisa memutuskan, memilikinya atau melepaskannya.”

“Kapan itu ?”

“Aku tidak tau pasti ... Mungkin sampai ia memutuskan untuk memilih. Memilihku atau memilih orang lain.”

Kamu seperti menangkap kebingunganku ...

“Hei .. Jangan memasang tampang bingung seperti itu. Aku tidak akan menunggu selamanya. Suatu saat, jika aku lelah menunggu, bahkan sebelum ia memilih, aku janji akan berhenti. Tapi kali ini, biarkan aku dengan penantianku”. Sebelum berlalu, kau lemparkan senyum manismu padaku.

Aku terdiam. Mencoba merenungi jalan pikiranmu. Sulit memang. Tapi setelah melihat senyum tersungging di bibirmu, kuyakinkan diriku, kau hanya sedang memperjuangkan kebahagiaanmu dengan caramu sendiri.

-------------------------
Gerlong, Feb 15th 2009
Gambar pinjem dari sini
0 comments

Dan Aku Memanggilnya ....

Teman-teman,
Aku ingin memperkenalkan seseorang pada kalian
Ia selalu setia menemani hari-hariku selama ini
bahkan jika fisik kami berjauhan, kupastikan hatinya selalu bersamaku

Ketika aku ingin berlari kencang,
Ia mengingatkanku kalau nanti aku jatuh, itu akan sakit sekali
Tapi aku bersikeras mencobanya
Walau kulihat tatapan tidak rela dari matanya, Ia mengizinkanku
Ia benar, aku jatuh ...
Tapi anehnya ia tidak menyalahkanku,
Malah dengan telaten merawat lukaku

Tatkala aku sedang gundah,
Ia juga hadir disisiku ..
Terkadang menyemangatiku dengan kata-kata indahnya
Kadang hanya diam, namun tetap memastikan untuk duduk di sampingku
Kalau-kalau aku butuh bantuan, katanya

Juga ketika aku sedang bingung,
Ia membantu mencarikan solusi masalahku
Sejujurnya, tak semuanya kulakukan
Kadang-kadang aku mengabaikan nasehatnya
Dan ketika aku salah jalan –karena mengabaikan perkataannya–
Ia tidak marah
Hanya menuntunku kembali dan memilih arah yang benar

Sewaktu aku sedang bahagia
Ia ikut tertawa bersamaku
Tak berhenti tersenyum, seakan kebahagiaan itu miliknya juga
Namun, ketika aku menangis
Ia tidak ikut menangis bersamaku
Ia hanya meminjamkan bahunya untukku bersandar
Tak lupa saputangannya, kalau-kalau aku ingin menghapus air mataku.

Bahkan ketika terkadang aku lupa bercerita padanya.
Aku lupa mengabarkan keadaanku
Ia tetap berdiri di sana,
dengan sabar menantikan ceritaku
Tanpa pernah memaksa ...

Teman-teman,
Aku tidak tau, kalian memanggilnya apa
Tapi jika kalian tanyakan padaku,
akan kujawab, aku memanggilnya IBU


--------------------------
-------------
Gerlong, Feb 17th 2010

gambar pinjem dari sini
Monday, April 26, 2010 0 comments

Kehilanganmu ....

"Kau tak ingin mempertimbangkannya ...?"

Aku masih ingat pertanyaan terakhir yang kau lontarkan padaku setahun yang lalu.

Aku menggeleng, "Mmm ... Maaf, kurasa tidak."

Sungguh .. aku tak berniat untuk angkuh kala itu. Aku menjawab dengan yakin berdasarkan logika pikiranku dan mm ... kurasa .. ya kurasa hatiku juga berkata demikian.

Ya ... Aku yakin dan selalu yakin dengan jawabanku ... setidaknya sampai pada titik aku mendatangimu tapi kau tak di sana. Ketika aku mencarimu dan tak kutemukan sosokmu. Bahkan jejakmu tak kutemukan. Keangkuhanku mulai pudar seiring kesadaran yang tiba-tiba muncul di hatiku. Aku kehilangan teman baikku ... Mmm bukan itu saja ... Aku kehilangan orang yang sangat aku butuhkan .... Aku kehilanganmu. Dan aku tak pernah aku mengira akan sesakit ini menyadari bahwa kau tak ada di sini. Tak ada lagi yang membuatkan makanan untukku. Tak ada lagi yang mendengar keluh kesahku, Mendengar cerita bahagia dan dukaku.

Aku menyesal ... aku marah pada diriku sendiri. Bukankah dulu kau pernah ingin terus bersama denganku. Bukankah dulu kau pernah meminta mendampingiku di suka & dukaku ... Dan dengan bodohnya, aku menolakmu .. Aku begitu angkuh menolak semua keindahan, hanya karena aku merasa belum nyata saat itu. Dan kenyataan itu datang tak lama setelah kau pergi ... kenyataan bahwa aku menginginkanmu

Tiba-tiba saja hari itu, aku menerima pesan singkat darimu, setelah hampir setahun kau menghilang.

"Aku ingin bertemu, bisakah?"

Aku tak bisa menjelaskan bagaimana senangnya aku hari tu. Ini pertanda sangat baik buatku. Kau yang menghilang setahun yang lalu membawa pergi kekecewaanmu, Kini kembali menghampiriku. Yaa ... ini bukan pertemuan kebetulan, tapi kau yang memintaku untuk bertemu ...

Ah ... kau memang tidak pernah berubah. Selalu saja bisa memaafkan. Selalu saja bisa menerima kesalahan-kesalahanku. Walaupun kali ini kau butuh waktu lebih lama, tak apa-apalah .... mungkin memang konsekuensi dari ketololanku.

Kau lebih kurus ... Mmm ... dan lebih cantik kurasa. Senyummu yang mengembang ketika jabat tangan pertama kita -sejak setahun yang lalu- seakan memberi kesan padaku. Fisikmu mungkin sedikit berubah, tapi kuyakin hatimu tidak.

"Maaf ...." Ternyata hanya satu kata itu yang bisa keluar dari mulutku, setelah begitu keras upayaku menghilangkan kegugupanku ... Ya Tuhan ... Aku seperti anak ABG yang baru jatuh cinta ...

"Untuk apa ? Harusnya aku yang minta maaf. Menghilang tanpa kabar." Kau masih saja begitu baik padaku. Meminta maaf untuk kesalahan yang pernah kubuat

"Aku juga minta maaf pernah memberimu pilihan yang sulit" Lanjutmu masih dengan kata-kata maaf. Tahukah kau ... aku semakin merasa bersalah dengan semua ketenangan dan permintaan maafmu. Kau yang tersakiti di sini, dan kau masih saja menyalahkan dirimu. Aku memang tolol selama ini ... menolak kehadiran seseorang sepertimu.

"Aku yang harus minta maaf. Ketololanku membuatku kehilanganmu" Kali ini suaraku bisa keluar dengan lancar.

Kau tersenyum ... manis sekali. Kenapa baru kusadari sekarang. Kau tersenyum sangat manis. Dan aku tak menyadarinya selama bertahun-tahun kebersamaan kita. Lagi-lagi aku menyadari ketololanku.

"Bagaimana kabarmu sekarang ... ? Kau terlihat ... mmmm ... agak kurus" Kau membuka pembicaraan lagi. Menyudahi tema maaf-memaafkan yang mungkin akan terus berlanjut jika tak kauhentikan.

Aku begini karena kehilanganmu ... Aku kacau akhir-akhir ini ... dan semuanya karena kau pergi. Ingin sekali kusampaikan kalimat itu. Tapi ternyata hanya batinku yang mampu bersuara. Sedangkan mulutku hanya menjawab sekenanya

"Ya .. beginilah"

C'mon ... Apalagi yang kau tunggu. Katakan sekarang. Katakan kalau kau menyesal membuat dia pergi. Katakan kalau kau membutuhkannya. Katakan .. ayo ... Batinku tiba-tiba memaksaku. Mungkin memang sudah saatnya.

"Sebenarnya, aku ingin berterima kasih" Mungkin karena terlalu lama menunggu, kau memulai lagi pembicaraan ini. Aku semakin salah tingkah. Ada apa ini ... kenapa tiba-tiba perasaanku mulai tidak nyaman ...

"Dulu, aku merasa bahwa hatiku untukmu. Kita sudah terlalu lama bersama. Sudah terbiasa melakukan banyak hal bersama. Aku menyayangimu. Bahkan waktu itu aku merasa aku mencintaimu." Kau memulai penjelasanmu

"Sejujurnya, dulu, ketika kau mengatakan tak bisa bersamaku. Aku kecewa. Makanya aku memutuskan menghilang dari hidupmu. Aku merasa hancur dan kurasa harus menata hatiku lagi. Tapi ternyata aku salah" Lanjutmu

"Aku ternyata tidak hancur. Dulu, mungkin karena aku terlalu terbiasa bersamamu. Ternyata setelah pergi aku dengan mudah bisa melupakanmu, mungkin karena kita tidak bersama lagi kala itu. Aku mengatakan semua itu sekarang, supaya kau tidak merasa bersalah karena tidak mencintaiku. Kukatakan sekarang ... aku tak apa-apa. Jadi kau tak perlu merasa bersalah. Bahkan aku berterima kasih karena dulu kau menolakku"

Pernyataanmu barusan serasa menghentak jantungku. Ketika menjauh dariku, kau menyadari bahwa kau hanya terbiasa bersama ku. Tapi aku ... ketika jauh darimu menyadari bahwa aku tak bisa kehilanganmu ... ironis ... benar-benar ironis.

"Oya, bukan itu saja alasan aku ingin bertemu denganmu. Aku ... aku ingin kau yang pertama kali tau kabar bahagia ini. Mmmm ... Aku akan menikah bulan depan."

Ternyata pembalasan karma ini belum selesai. Ternyata akibat kebodohanku sampai separah ini. Aku akan kehilanganmu ...

Selanjutnya ceritamu tentang dia yang sukses memenangkan hatimu terasa mengawang-ngawang di kepalaku ... Inikah akibat dari keangkuhanku. Dulu, aku begitu yakin bahwa aku tidak mencintaimu. Kau hanya sahabat biasa bagiku. Bahkan ketika kau menyatakan perasaanmu, aku menolakmu ... Tapi sekarang, ketika aku yakin bahwa rasa ini sudah sangat kuat padamu. Aku kehilanganmu ... benar-benar kehilanganmu ...


Bandung, Jan 10th, 2010

Wednesday, April 21, 2010 0 comments

Layaknya Mentari & Bumi

Orang bilang kita seperti mentari dan bumi

Pada akhirnya selalu bersatu

Ketika senja mulai menjelang


Mereka benar soal itu

Kita memang layaknya mentari dan bumi

Yang seolah-olah tampak bersatu ketika senja mempertemukan


Ya .. kita memang seperti mentari dan bumi

Yang setiap waktu dengan rutinnya bersama

Karena suatu kebiasaan dan kodrat alam


Yaa ... aku sampaikan mereka benar

Kita memang seperti mentari dan bumi

Yang terlihat bersatu

Padahal sangat-sangat jauh

Terlihat saling mendekat ketika sore menjelang

Namun sekaligus juga menjauh ketika pagi mengalahkan malam


Kita memang seperti mentari dan bumi

Yang ketika siang, lebih senang bermain dengan yang lain

Tanpa pernah ingin saling menyapa bahkan terkadang terkesan melupakan

Dan hanya kembali bersama ketika lelah mulai mendera


Kukatakan sekali, mereka memang benar

Kita seperti mentari dan bumi

Yang pada akhirnya memang tak kan bisa dipersatukan

Yang walaupun kadang terlihat sangat dekat

Tapi sebenarnya sangat jauh


Aku seperti bumi yang dengan semaumu bisa kau hampiri dan tinggalkan

Dan kau layaknya mentari yang justru akan lebih menghangatkan jika jauh berada di atas sana ...



-dyaAsnur-

March 23rd, 2010
Tuesday, April 20, 2010 0 comments

Hanya Kaki Ini ....

Tanganku masih menggapai
Kucoba mencari tangan lain untuk ku berpegang

Mmm ... kalau tidak ada tangan,
barangkali ada tiang yang bisa kujangkau

Atau mungkin ada dahan yang mampu kuraih

Tanganku masih sekuat tenaga menggapai

Tapi ... ternyata tak ada apa-apa di sini
Semuanya pergi ....

Yang ada hanya kosong
Aku panik ...
Bagaimana ini ?
Aku butuh berdiri !!!
Tapi mengapa tak ada apa-apa di sini

Aku lelah mencari,
aku lelah berteriak
Akhirnya kuputuskan untuk berhenti
Walau sulit, Kucoba yakinkan diriku
Tak ada pegangan yang bisa kuraih
tak ada tiang, dahan atau tangan yang bisa membantuku berdiri


Aku diam,
merenung, berpikir
Mmm ... tiba-tiba aku sadar

Bukan semua itu yang kubutuhkan

Bukan tangan,

Bukan tiang,

Bukan dahan

Hanya kaki yang mampu berdiri lebih kuat


Ya ..
Kaki .. Kaki milikku ..
bukan milik yang lain

Fokus ... fokus ... fokus ...
Kutenangkan diri ...

Perlahan-perlahan kucoba bangkit

Dan akhirnya kutemukan,

Kaki inilah yang mampu menopang tubuhku agar tetap berdiri

Bukan tiang, dahan atau tangan orang lain yang ada di sekelilingku



Bandung, First Sunday Morning in 2010



d pic is taken from
here
0 comments

Apa Kabarmu Hari Ini ?

"Hallo ... "

Tiba-tiba saja aku mendengar suara yang sering kuimpikan. Apa aku bermimpi kali ini ? Kucubit pipiku, sakit. Berarti aku tidak mimpi .. berarti kau memang menyapaku.

"Apa kabarmu hari ini?" Kau menyapa lagi.

Kali ini kuyakin aku tak mimpi. Ini nyata. Kau benar-benar menyapaku ...


Ingin kukatakan pada langit, Hatiku senang sekali engkau menyapaku. Ingin kukabarkan pada angin, bagaimana gembiranya hati ini. Kalau boleh kuberteriak, ingin kuteriakkan AKU BAHAGIA teman-teman ... Bunga, Langit, Pasir, Angin, Tahukah kalian AKU BAHAGIA ....

Tapi ternyata hanya senyuman tipis yang mampu kukeluarkan. Sorak sorai itu tak ada, teriakan itu juga tak kan mungkin nyata. Bagaimana bisa ... Kau kan tengah berdiri di depanku.


Pun ketika kau tanyakan kenapa ku tersenyum, tak kuasa lidahku menjawabnya. Aku bahagia ... ingin sekali kusampaikan .... Aku Bahagia ... Tak sadarkah kau .. Aku Bahagia.

Impianku langsung melayang ... Mimpi-mimpi membawaku terbang. Bayangan indah tentang rasa yang terjawab juga ikut datang ...

Akankah ini pertanda doaku terjawab .... Kedatanganmu ... Sapaanmu ....


Tapi tunggu ... kenapa tiba-tiba kau berlalu. Dan kemudian kau sampaikan sapaan yang sama pada banyak orang di sekelilingku. Masih dengan sapaan yang sama, "Halo .. Apa kabarmu".

Dan ternyata, sapaan itu tak hanya untukku ....




Bandung Dec 25th 09
0 comments

Bagilah Dukamu, Nak

Gadis itu menarik napas berat ...

"Semuanya kacau balau ... Ada apa denganku ... Kepala rasanya mau pecah ... Pikiranku Kacau ... Kerjaan tidak ada yang beres ... Aduuh Bagaimana ini .. Apa aku stress ??"

Ringtone HP nya berbunyi ... Kalau saja ia tidak melihat nama 'Lovely Mom' terpampang di layarnya, ingin sekali ia banting HP itu. Ia tidak dalam mood yang bagus untuk menjawab telepon. Tapi ini ibunya. Ibunya tercinta. Tak mungkin ia mereject telpon apalagi membantingnya ketika wanita terkasih ini menghubunginya.


Ia menarik napas dalam, menetralisir pikirannya. Ia tidak boleh terlihat kacau. Ia harus terlihat cerah. Ibunya tak boleh menerima beban apapun darinya.


"Assalamualaikum Ibu Sayang" Ia berusaha keras untuk tampak tenang.

"Waalaikum salam Nak. Kamu sedang apa ?"
"Lagi santai bu. Nonton TV sambil istirahat. Ibu Apa kabar ?"


Ia terus berusaha tampak ceria. Dan tampaknya Ia berhasil.
Ia masih berusaha keras menutupi kegalauan hatinya. Ia harus benar-benar tampak bahagia. Apalagi kali ini Ibu hanya bercerita hal-hal ringan. Berarti ibu merindukannya. Berarti Ibu ingin berbagi dengannya.

"Ibu sudah melakukan banyak hal. Tidak boleh ada masalah apapun yang membuat Ia tidak bisa membahagiakan Ibu." Batinnya memaksa ...

Ibu terus bercerita. Di dalam hatinya, ia merasa puas. Ia tak perlu membebani ibunya dengan masalah. Ia pun ikut bercerita. Tentang hari-harinya yang indah. Tentang kerjaan yang menyenangkan. Tentang teman-temannya yang baik. Tentang banyak hal yang membuatnya bahagia. Yang pasti bukan tentang masalah yang dihadapinya. Bukan tentang pikirannya yang kacau. Seumur hidup Ia telah banyak merepotkan Ibunya. Kali ini tak boleh lagi ...

Bahkan sampai akhirnya percakapan itu berakhir, Hanya canda tawa yang keluar dari mulutnya.
Dan ketika telepon itu ditutupnya, air matanya berlinang. Air mata itu seakan menumpahkan kegalauan hatinya. Pikirannya masih kacau, tapi ia cukup bahagia tidak perlu berbagi beban dengan ibunya.

"Cukuplah Ibu tau aku selalu bahagia. Jangan sampai duka yang kubagi padanya. Ya Tuhan .. Terima kasih. Kau menguatkan aku untuk itu. Aku tak perlu menangis ketika Ia menelponku. Ia pun tak perlu menangis mendengar dukaku"

Tanpa ia sadari, jauh di sana, sang Ibu pun menutup telepon dengan air mata.


"Nak, Ibu mengenalmu dari mulai kau dititipkan Tuhan di kandungan Ibu. Ibu tau kau lebih dari siapapun. Mengapa tak kau bagi dukamu pada Ibu Nak. Kenapa hanya bahagia yang kau ceritakan. Ibu tau pikiranmu sedang kacau Nak. Ibu tau kau sedang butuh ibu untuk menumpahkan semuanya. Apa tak boleh lagi Ibu meminjamkan bahu ini untuk tempat kau menangis."

"Sayang, Ibu tak apa-apa kau jauh dariku. Ibu rela kau mengejar impianmu ke belahan dunia sana. Ibu tak kan minta kau memberi ibu uang, membelikan ibu barang yang mahal. Ibu hanya minta satu Nak.Ibu tau apapun yang terjadi padamu. Ketika hidupmu bahagia, atau sedang dilanda duka, jadikan Ibu tempatmu bercerita Anakku ...."


d'pic is taken from
here

--------------------------
---------
Bandung, Dec 26th 2009

For d best mom in d world, Terimakasih karena memintaku berbagi duka
0 comments

Hai ... Namaku Bintang

Hai ... Perkenalkan namaku Bintang. Begitu mereka memanggilku. Kau juga boleh memanggilku demikian. Kata teman-temanku, aku cukup menarik. Walaupun aku yakin yang mereka maksudkan bukan fisikku, karena aku bintang yang biasa, sangat biasa bahkan.

Akhir-akhir ini aku punya kebiasaan memandang bumi. Mmm ... sebenarnya aku sudah tau, kalau bumi sudah ada sejak dulu. Tapi aku baru menyadari eksistensinya. Waktu itu, aku melihat salah seorang dari kerabatku, jatuh ke bumi. Dia bilang, Bumi itu indah, dan itulah alasan ia mendatanginya. Sejak itu, aku juga ikut mengamati Bumi. Aku penasaran dengan keindahan yang diceritakan kerabatku itu.

Ternyata dia benar. Bumi itu indah. Ia sangat menonjol dibanding yang lain. Warnanya indah, ada hijau, coklat dan juga biru di sana. Aku terus mengamatinya bahkan sampai berbulan-bulan setelah pertama kali aku menyadari keberadaannya. Tanpa kusadari aku jatuh cinta padanya.

Lama kelamaan, memandangi serasa tak cukup buatku. Sebut saja aku serakah. Tapi aku tak bisa mengendalikan hatiku. Aku ingin bersamanya. Apalagi, aku rasa ia juga tertarik padaku. Aku liat ia juga sering memperhatikanku.

Ketika bersiap-siap mendatangi bumi, seorang kerabat tiba-tiba menghampiriku.

"Kamu yakin akan mendatangi bumi ?"

Aku mengangguk mantap

"Apa menurutmu bumi akan menerimamu ?" Lanjutnya

"Tentu saja ... Kau tidak liat ? Ia terus memperhatikanku."

Raut wajah kerabatku tiba-tiba menjadi sendu. Ia menggeleng lemah. "Perhatikan baik-baik. Dengan mata & pikiranmu. Apa ia benar-benar memperhatikanmu ?"

Aku menurutinya. Dan aku tetap merasakan bumi menatapku. Apa maksud kerabatku itu ?

Demi melihat raut kebingunganku, Ia melanjutkan.

"Lihat baik-baik. Di sekeliling bumi, ada bintang lain yang lebih terang dari kita. Ada matahari dan juga bulan yang lebih dinantikan kehadirannya. Ia memang suka menatapmu. Tapi sadarkah kau, jika sang fajar mengakhiri malam, ia lebih memilih merasakan mentari. Bahkan di saat malam sekalipun, Ia lebih merasakan kehadiran bulan "

"Tapi aku kan lebih menarik daripada bulan. Sinarku memang tidak seterang mentari ... Tapi aku bisa yakinkan ia, aku bisa hadir hanya untuknya. Aku bisa mendatanginya. Lalu kenapa aku harus mengalah pada Mentari atau bulan ?"

"Kau indah ... sangat indah. Tapi kau terlalu jauh darinya. Akan sangat sulit bagimu meraih perhatiannya. Kau lihat bulan. Ia tidak terlalu terang. Tapi ia sangat dekat. Sehingga sang bumi terus merasakan kehadirannya. Begitu juga dengan mentari. Bumi malah sangat bergantung padanya. Sedangan kau ? Ia memang merasa senang bila kau hadir, tapi Ia tidak akan kehilangan jika kau tak ada. Kalau begitu, mana mungkin kau bisa bersaing dengan mereka berdua."

Aku terdiam sangat lama. Hati kecilku berkata kerabatku benar. Tapi salahkah aku jika terus berharap ?

------------------

Feb 16th, 2010

Gambar pinjem dari sini

Monday, April 19, 2010 0 comments

Kisah Sekuntum Bunga & Hujan

Sekuntum bunga begitu bersemangat ketika tahu kelopaknya sebentar lagi akan membuka .. Tidak lagi dalam hitungan tahun, bulan, atau hari ... Tapi menit !! yaa hitungannya menit.

Ia sudah membayangkan betapa cantiknya ia nanti. Kupu-kupu pasti akan mengajaknya bermain. Bahkan mungkin kumbang dan lebah ikut serta. Dan akhirnya, pada saat ia mulai muncul, perkiraanya tak meleset. Ia terlihat sangat indah.

Tak lama setelah kelopaknya membuka, Hujan datang sangat deras. Petirpun ikut-ikutan menyambar. Ia kaget. Ini pengalaman baru yang menakutkan baginya. Dan tentu saja Ini di luar perkiraannya.

Rasa takut kemudian muncul di hatinya ... Bahkan rasa menyesal datang kemudian. Andai saja, ia masih berada di kelopak itu ... Andai saja ia tak keluar .. tentu ia tidak perlu merasakan sakit ditimpa hujan yang begitu deras, ataupun takut melihat kilat yang membelah langit.

"Tuhan ... Kenapa kau datangkan hujan dan petir ? Ini menakutkan Tuhan. Tolong hentikan ini semua "Ia berteriak ... berharap Tuhan mendengar permintaannya.

Hujan mulai reda, Tapi langit masih mendung. Petir pun masih bersahut-sahutan. Seekor kupu-kupu yang mendegar teriakannya, memberanikan diri menghampirinya.

"Bunga yang cantik ... Kenapa kau meminta seperti itu ?" Kupu-kupu bertanya lembut.

Sambil terisak Bunga menjawab "Aku keluar dari kelopakku untuk melihat dunia yang indah, bukan menakutkan seperti ini. Hujan ini menyakitiku. Bukan ini dunia yang kuimpikan. Huh ... Andaikan hujan ini tak ada, pasti duniaku akan indah."

Kupu-kupu tersenyum bijak. "Bunga ... Walaupun sekarang kau merasa sakit karena hujan ini turun begitu deras menimpamu, tapi kau tak akan bisa hidup tanpanya"

"Bagaimana mungkin ? Ia terus menyakitiku. Mana mungkin aku membutuhkannya" Sang bunga bersikeras dengan pendapatnya. Ia tetap bersikeras bahwa kehadiran hujan ini hanya akan menyakitinya. Ia terus berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan hujan ini.

Hari dan bulan berganti. Hujan tak lagi datang. Awalnya bunga begitu bahagia. Berarti Tuhan mendengar doanya. Tapi lama kelamaan, Bunga merasakan ada perubahan di dirinya. Ia tiba-tiba merasa tak bersemangat. Tak ada tenaga bahkan untuk berdiri tegak. Daunnya pun terlihat mulai menguning. Badannya terasa sangat kering.

Bunga takut sekali. Ia belum lama keluar dari kelopaknya. Ia sungguh tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa tiba-tiba ia merasa begitu lemah. pada saat itu, Ia melihat kupu-kupu yang pernah menasehatinya lewat.

"Kupu-kupu ... Aku butuh bantuanmu" Ia memanggil kupu-kupu itu

"Apa yang bisa kubantu, bunga ?"

"Badanku lemah. Daun dan mahkotaku tak lagi cerah. Tahukah kau apa yang terjadi padaku ?"

"Oh ... kau kekurangan air bunga. Kau begini karena tak ada lagi hujan yang mengenai tanahmu."

"Maksudmu ?"

"Bunga, kau ingat aku pernah bercerita tentang hujan padamu ?"

Bunga mengangguk lemah

"Mungkin saat itu kau bersikeras, bahwa hujan yang datang menyakitimu karena ia terus menimpa mahkotamu. Ada satu hal yang tak kau sadari. Tanah di bawah kakimu menyerap airnya bunga. Dan mengalirkan ke tubuhmu. Dengan itulah kau bisa hidup. Jadi, ia tidak dikirimkan Tuhan untuk menyakitimu bunga. Ia dikirim untuk membuatmu hidup"

Bunga teringat pintanya pada Tuhan.

"Sekarang hujan tidak turun lagi. Tuhan mendengar doaku waktu itu. Apa Tuhan marah padaku ? Apa aku tidak akan bertemu hujan lagi ?"

"Tuhan tidak marah bunga ... Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya. Semua ada waktunya."

Dengan sisa-sisa tenaganya, Bunga tersenyum lemah.

So, guys. Jika sesuatu yang kamu anggap buruk menimpamu, yakinlah itu tidak selamanya buruk, dan Tuhan mengirimkannya bukan untuk menyakitimu tapi untuk membuatmu lebih kuat.


by dya asnur, Feb 19, 2010


Sunday, April 18, 2010 0 comments

Pulang ...

Kupandangi potret wanita setengah baya itu ... entah sudah berapa lama kuhabiskan memandangi wajah yang sama ... Segurat keharuan itu hadir bersama senyum tulusnya yang terpampang di wajah itu ...

"Berjalanlah sejauh yang kau bisa, nak ... Tapi jangan lupa untuk pulang."

Sepenggal kalimat yang masih kuingat ketika engkau melepasku pergi 7 tahun yang lalu. Jiwa mudaku yang masih menggelora begitu bersemangat menjejakkan langkah di titik awal perjalananku, membuatku memaknai dengan kata-katamu dengan sangat dangkal.

"Tentu aku akan pulang, bu" Ujarku, yang kau sambut dengan senyum tertahan penuh makna yang lagi-lagi tak bisa kutangkap maksudnya. Dan aku tidak terlalu memperhatikannya. Bagiku dunia sedang terhampar luas di depanku. Dan kakiku sudah sangat siap melangkah. Kuyakin kaupun bisa merasakan luapan bahagiaku tatkala anggukan kepalamu menjawab permintaanku untuk melihat dunia baru yang sama sekali belum pernah kutemui sebelumnya. Sementara kebanyakan langkah teman-temanku tertahan dengan gelengan kepala atau perkataan tidak.

Euforia menggapai impian masa kecil, menginjakkan kaki di tanah ini terus menuntunku untuk melangkah -seperti pesanmu-. Kutepiskan segala gundah dan rindu yang kurasakan hanya akan membuatku lemah. Sakit karena kerikil tajam atau penat kaki karena jarang berhenti, lebih sering kuabaikan. Bahkan kutanamkan di dalam diriku, pantang bagiku untuk mengadu pulang. Tidak boleh ada beban yang kubagi padamu. Segala doa dan restumu untuk perjalananku sudah cukup buatku. Sehingga semakin lama, setiap lara dan duka yang kutemui kubiarkan berserakan di tiap ruang hati dan pikiranku, tanpa pernah ada siapapun ikut masuk dan membereskannya.

Aku menepati 'janji' ku padamu. Pulang di setiap kesempatan yang aku punya. Dan seperti yang kuduga, senyummu selalu menyambut kedatanganku. Senyum yang selalu sama indahnya, setidaknya menurutku. Dan memang, ketidakpekaanku tak mampu mendalami apa yang ada dibalik senyum itu.

Aku baru menyadari perbedaan itu, ketika akhirnya aku benar-benar jatuh. Ketika ternyata berdiri dengan usaha sendiri tak mampu lagi kulakukan. Keangkuhan ku runtuh begitu aku menyadari, aku butuh seseorang yang membantuku untuk berdiri. Dan saat itulah, wajah engkau lah yang pertama kali melintas di benakku.

Ada senyum yang berbeda, ketika aku pulang dan akhirnya menumpahkan semuanya padamu. Benteng yang selama ini kubangun, runtuh seketika ketika berhadapan dengan belaian lembutmu. Sesuatu yang tak pernah kualami sebelumnya. Dan kemudian kusadari, bercerita panjang di pangkuanmu, mendengar untaian kata-kata lembut darimu, seakan menemukan oase di padang pasir bagiku. Tenang tapi mendatangkan semangat baru yang tak pernah kusangka.

"Terima kasih, nak ... Akhirnya hari ini kau benar-benar pulang." Samar-samar kutangkap suara itu, di antara belaian lembut di sela-sela rambutku. Sejenak kucoba cerna kata-kata yang baru saja kudengar dan aku teringat pada pesanmu dulu. Berjalanlah sejauh yang kau bisa, nak ... Tapi jangan lupa untuk pulang. Akhirnya ... hari ini aku mengerti makna pulang yang pernah kau pesankan padaku 7 tahun lalu ... Aku janji bu, mulai saat ini aku akan selalu 'Pulang' ...



Untuk ibu yang dengan setia menungguku 'Pulang', tidak hanya untuk berbagi suka, namun juga berbagi duka.

-dya asnur, March 6th 2010-
0 comments

Thanks a lot

Terima kasih, karena sebelum kau pergi, kau sempat memberiku kebahagiaan itu.
Terima kasih, karena mungkin tanpa kau sadari, kau telah mewujudkan mimpiku, walaupun hanya sejenak.
Terima kasih, karena sebelum kumelepasmu, kau biarkan aku memilikimu, walaupun hanya sekejap

Aku sudah cukup bahagia hari ini
Ketika kau datang tanpa kuminta dan memberiku kebahagiaan walaupun hanya sesaat
Aku sudah cukup puas hari ini
Ketika kau hadir dan membuatku merasa istimewa

Andaikan setelah ini tak kan ada lagi cerita tentang kita
aku tetap kan bahagia ...
karena kau pernah hadir di sini, menemani satu hari yang sarat makna



Last Year Memory (@April 2009)


taken from my personal note
0 comments

Just For One Day ...

Sorry there ...
I close my eyes and be blind for all d cause of what I'm doing.
I close my heart and don't care what you feel if you know bout this
I become betrayer by being selfish and think just about my own

Sorry there ..
I don't plan to steal your happiness
I'm not trying to laugh upon your tears
I just wanna feel such kind of happiness that you've gotten and always being yours for your entire life
I just wanna be happy for a moment when I'm pretending that happiness is mine
I only want to pursuing my dream for once in while

For once in my lifetime, let me think only about my self
Just for one day, allow me to be selfish pursuing my happiness
Please allow me ...
just for one day
 
;