Friday, July 27, 2012

Jika tak ada hari esok untuk kita




"Bagaimana jika tak ada hari esok untuk kita"

Suatu kali ku pernah bertanya. Saat itu senja mulai menyapa, dan kita memilih melepas lelah di satu sudut di tengah keramaian kota. Kita tidak berdua, ada banyak orang berlalu lalang, bahkan ikut berdampingan di melepas penatnya rutinitas mereka di tempat yang sama. Namun, rasa dan asa membuat seolah senja itu milik kita.

Kau terkejut. Pandangan kita sejenak bertemu ketika secara spontan kau berpaling menatapku yang tengah memandang kapal yang merapat di dermaga. Kau tersenyum samar dan kemudian menebarkan pandangan pada langit yang telah berubah menjadi jingga. 

"Ngaco ..."

Satu kata. singkat dan padat. Hanya itu yang terlontar dari bibirmu, mengabaikanku yang berharap akan hadirnya sebuah jawaban.

Pertanyaan itu tak pernah menemukan jawabannya. Sampai saatnya kita tiba pada satu persimpangan yang mengarahkan kita ternyata pada jalan yang berbeda. 

"Bagaimana jika tak ada hari esok untuk kita"

Aku ingin sekali mengajukan pertanyaan yang sama padamu. Namun, lidahku tercekat. Sementara engkau terlanjur melangkah pergi. Memilih jalan yang tak mungkin untuk kuikuti. 

Sungguh aku tak berani untuk memintamu tetap di sini. Aku juga tak berharap kau berbalik dan kembali. Hanya satu jawaban pertanyaan sederhana. Karena sesungguhnya, aku hanya ingin tahu, aku harus bagaimana menghadapi hari esok yang tak menyisakan ruang untuk kita.

Bandung, July 27 2012



Pic Taken From here

0 comments:

Post a Comment

 
;