Friday, July 27, 2012 0 comments

Jika tak ada hari esok untuk kita




"Bagaimana jika tak ada hari esok untuk kita"

Suatu kali ku pernah bertanya. Saat itu senja mulai menyapa, dan kita memilih melepas lelah di satu sudut di tengah keramaian kota. Kita tidak berdua, ada banyak orang berlalu lalang, bahkan ikut berdampingan di melepas penatnya rutinitas mereka di tempat yang sama. Namun, rasa dan asa membuat seolah senja itu milik kita.

Kau terkejut. Pandangan kita sejenak bertemu ketika secara spontan kau berpaling menatapku yang tengah memandang kapal yang merapat di dermaga. Kau tersenyum samar dan kemudian menebarkan pandangan pada langit yang telah berubah menjadi jingga. 

"Ngaco ..."

Satu kata. singkat dan padat. Hanya itu yang terlontar dari bibirmu, mengabaikanku yang berharap akan hadirnya sebuah jawaban.

Pertanyaan itu tak pernah menemukan jawabannya. Sampai saatnya kita tiba pada satu persimpangan yang mengarahkan kita ternyata pada jalan yang berbeda. 

"Bagaimana jika tak ada hari esok untuk kita"

Aku ingin sekali mengajukan pertanyaan yang sama padamu. Namun, lidahku tercekat. Sementara engkau terlanjur melangkah pergi. Memilih jalan yang tak mungkin untuk kuikuti. 

Sungguh aku tak berani untuk memintamu tetap di sini. Aku juga tak berharap kau berbalik dan kembali. Hanya satu jawaban pertanyaan sederhana. Karena sesungguhnya, aku hanya ingin tahu, aku harus bagaimana menghadapi hari esok yang tak menyisakan ruang untuk kita.

Bandung, July 27 2012



Pic Taken From here
Tuesday, July 24, 2012 0 comments

Tentang Waktu ....


Pernah suatu ketika kita bicara tentang waktu. Mmm .... mungkin lebih tepatnya bukan bicara tentang waktu, tapi kau mengajarkan aku tentang waktu ...

Waktu ... katamu adalah obat paling mujarab, ketika aku mengadu tentang luka yang bersarang di hatiku

Waktu .... Seperti katamu adalah teman paling setia, menemani tidak hanya ketika merangkai kisah hidupku -sedih atau bahagiaku - bahkan juga ketika ku sibuk memungut potongan asa yang berserakan akibat derita yang ditinggalkannya ...

Dan setelah semua prasangka baikku akan waktu, hingga kau biarkan aku untuk menyandarkan setiap asa ku padanya, kenapa luput kau sampaikan padaku semuanya ....
Bahwa waktu, tidak hanya menghapus duka, tapi juga mengikis rasa
Tuesday, July 17, 2012 2 comments

Kita ...


Hadir
Antara khayalan dan kenyataan
Antara hati dan logika
Antara semu dan nyata
Antara ada dan tiada …

Tidak jelas kapan awalnya
Lalu kemudian berakhir tanpa kata

Dan sampailah kita pada akhir perjalanan yang aku sendiri tidak sadar kapan bermula

Malam ini kutitipkan sejumput memori pada rembulan di atas sana …
Karena kala pagi esok menyapa …
Tidak akan pernah ada lagi ‘kita’ …
Monday, January 16, 2012 0 comments

Unititled


Lelah itu datang lagi … Kali ini ia tidak hanya menghampiri raga yang terus mencoba bertahan. Ia berinisiatif masuk ke dalam otak bahkan ikut turun merasuk ke relung hati ..

Lelah ini membangkitkan kesadaran … bahwa aku terlalu keras berjuang … Terlalu gengsi untuk berhenti … Terlalu takut untuk pergi …

Dan ketika kuputuskan pergi, bukannya lega yang kudapat tapi justru luka yang semakin dalam …
Tapi jika kupilih terus di sini, rasa takut akan kelelahan tak berujung enggan pergi dari pikiran

Maka ketika kehadiranmu mendatangkan luka dan kepergianmu mengukir rindu ….
Mana yang harus kupilih, pengobat rindu atau penawar luka ?



Taken from my other room,

created on January 16th, 2012

Thursday, July 7, 2011 0 comments

Congratulations .....



Dan pada akhirnya, memang akan kuhadapi saat ini. Di mana semua pertanyaan terjawab dan penantian itu berakhir. Bukan happily ever after seperti layaknya putri cantik di dongeng-dongeng masa kecil. Bukan pula akhir indah seperti sinetron-sinetron picisan yang berlalu lalang di televisi. Sama sekali bukan ...

Aku sudah tidak punya stok air mata untuk menangisi akhir yang jauh dari mimpiku. Aku pun tak punya lagi simpanan impian yang rajin kukhayalkan untuk merancang kemana cerita indah kan mengarah.

Aku sudah lebih dari siap untuk menghadapi semua ini. Toh dari awal, akhir ini lah yang memang paling masuk akal. Dan pada akhirnya, ini hanya sebentuk penegasan.

Selamat ... satu-satunya kata yang mungkin dapat kuucapkan dari jauh. Maaf karena tak sanggup kusampaikan langsung padamu. Semoga bahagia dengan hidup baru dan pilihan hatimu ....


one night before
July 7th 2011

Sunday, May 16, 2010 0 comments

Maaf, Jika aku berpaling



Dulu, Aku begitu sangat menyukaimu, hujan. Suaramu yang begitu keras, Mampu meredam teriakan kekecewaan yang sering kulontarkan. Begitu pun airmu yang jernih. Sanggup menyamarkan air mata yang tak sanggup lagi kutahan.


Kau ingat, kan ? Ketika dunia menolak mendengar jeritanku, dan mereka memilih mengabaikan tangisku. Setiamu lah ... hujan. Yang pada akhirnya menenangkanku ...


Tapi maafkan aku ....

Bukan karena kau tak mampu lagi menjawab gelisahku, ataupun karena kegagalanmu menyejukkan hatiku. Sungguh ... bukan itu, hujan. Kau tidak berubah. Kau masih sama setianya seperti sejak aku mengenalmu dan kau menawarkan segala obat luka itu. Jadi, ini sama sekali bukan karena engkau ...

Ini semua murni karena aku, Karena ketidaksetiaan ku, Karena aku yang berpaling ...


Kuakui, hujan. Selama ini, hanya dirimu yang kuanggap mengerti aku. Dan padamulah kusampaikan segala galau hatiku. Dan ketika engkau pergi, aku kembali memilih masuk ke peraduanku, mengunci diriku rapat untuk kemudian menanti kehadiranmu lagi.


Tapi sore itu berbeda. Aku yang begitu menikmati pertemuan kita, terlalu terlarut dalam tarianmu. Bahkan tak kusadari, ketika kau beranjak pergi. Ketika aku mulai menyadari kau sudah tak di sana dan pandanganku kuedarkan untuk mencari sosokmu, aku tiba-tiba melihatnya.


Ia begitu indah, juga menenangkan, sama sepertimu. Senyumannya yang begitu tulus, menyapaku yang masih diliputi kebingungan melihat dirinya.


Sungguh, aku tak mengerti perasaan ini hujan. Tiba-tiba saja aku merasakan ketenangan yang sama ketika melihatmu. Kucoba berteriak dan menangis seperti biasanya aku mencari kelegaan. Tapi yang ada suaraku seakan menolak untuk keluar, begitupun air mata yang seakan berhenti untuk mengalir. Namun, tetap saja kelegaan itu muncul dan bersemi di hatiku. Malahan sekarang ada rasa baru yang bermunculan. Secercah pengharapan muncul di hatiku. Sesuatu yang benar-benar baru dan terasa begitu nyaman bagiku ...


Dan sekarang, walaupun aku pastikan akan selalu mencintaimu, tapi kumohon izinkan aku berpaling ....




Sekali lagi maafkan aku hujan, maafkan jika kali ini aku berpaling pada PELANGI .......

Thursday, May 13, 2010 0 comments

Bukan Tentang Melupakan



Ini bukan tentang melupakan
Bahwa kita pernah jatuh
Atau lebih parah terperosok ke suatu lubang yang dalam

Ini juga bukan tentang melupakan
bagaimana rasa sakit itu datang

ketika hati ini teriris karena duka yang ia tinggalkan


ini bukan tentang melupakan
bahwa kita pernah dibawa melihat keindahan di pinggir tebing
kemudian didorong masuk jurang ke bawahnya

Sekali lagi
Ini bukan tentang melupakan
Hanya tentang melangkah keluar
Meninggalkan semua cerita itu di dalam
dan mengunci ruangan itu rapat-rapat






--------------------

Gerlong, Jan 20th 2010



 
;