Thursday, April 29, 2010 0 comments

Pembenci Bintang ...

"Aku benci bintang !" Katamu suatu kali ...

"Bintang itu kan indah ... Kenapa ? " Aku menggeleng tak mengerti. Bintang yang selalu jadi objek pujian banyak orang ... kenapa tiba-tiba kau benci ?

"Aku tau ..." Jawabmu singkat.

Gelagatmu menahanku untuk bertanya lebih jauh. Kucoba mendalami perasaanmu. Tapi kutetap tak mengerti. Pun ketika kupandang bintang yang hadir di langit malam ini. Tak ada yang salah. Jadi kenapa ... ?

Malam ini kulihat kau kembali menatap langit. Indah ... ada bintang di sana. Aku tak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Kau terus menatap langit. Ada bintang di sana. Apa kau sudah tidak benci lagi ?"

"Aku masih membencinya ..." Jawabmu pelan .. mmm setengah berbisik kurasa. Seakan kau tak mau bintang itu mendengarnya.

"Boleh aku tau kenapa .. ?" Apa yang kau ucapkan dan apa yang kau lakukan benar-benar tidak sejalan. Sungguh .. aku benar-benar penasaran kali ini.

"Aku benci keegoisannya. Datang dan pergi sesuka hatinya. Ia datang kapanpun ia mau. Malam ini ia ada, Tapi siapa yang bisa menjamin besok ia masih di sini ?"

Aku mulai mengerti maksudmu ...

"Aku benci keindahannya ... Ia sangat-sangat indah, membuat ku terpikat padanya. Tapi kau tau kan, ada jutaan orang di luar sana yang Ia bagi keindahan yang sama."

"Tapi yang paling aku benci ... Aku terus mengharapkan kedatangannya, bahkan setelah tau keegoisannya, setelah menyadari Ia datang tidak hanya untukku"

Kau tertunduk dalam kali ini ... Kulihat butiran bening hadir di matamu.

Aku mengerti ... Aku benar-benar mengerti sekarang.


d pic is from here

--------------------------

Bandung, Jan 13rd 2009
0 comments

Tangga Langit

Tuhan ...

Andai Engkau tidak memberiku keberanian

untuk sampaikan isi hatiku padanya

kumohonkan anugerahkan aku tangga menuju langit-Mu

agar dapat kuukirkan isi hatiku di sana

sehingga bisa kusampaikan padanya

bahwa AKU CINTA













April 7, 2010
Wednesday, April 28, 2010 0 comments

Permintaan Sederhana

Mata kita bertemu lagi
Kali ini saling menatap cukup lama,
Kau mengalah, menunduk, memainkan udara kosong di sekitar kakimu
Ya, seperti biasa, selalu begini
Aku sudah sangat hafal gerak gerikmu

Kuulangi permintaan yang sama
Kau masih diam membisu,
Mengulang bahasa tubuh yang terus menerus sama

Aku hanya mengajukan satu permintaan
Satu permintaan sederhana
Mengapa begitu sulit bagimu menyanggupinya

Aku hanya memohon satu permintaan sederhana
"Aku ingin bersama denganmu, bisakah ?"
Kenapa sulit sekali bagimu menjawabnya



Bandung, Jan 3rd 2009

Source of d pic : this link
0 comments

Menunggu ....

“Kamu mencintainya ?” Begitu pertanyaan yang pernah kulontarkan padamu

“Kurasa ... ya” Jawabmu sambil tersenyum

“Lalu dia ... ?”

“Entahlah ...”
Kau mengangkat bahu, tanda ketidaktahuanmu, masih sambil tersenyum.

“Kau masih mencintainya ?” Pertanyaan itu kembali kusampaikan padamu beberapa waktu yang lalu, ketika aku melihatmu masih terus memperhatikan sosoknya.

“Iya .“ Jawabmu, kembali dengan tersenyum

“Apa ia tahu ?”

“Entahlah ... kurasa tidak.”

“Lalu kenapa kau tidak memberitahunya”

“Andai aku punya keberanian ....” Kau tersenyum samar. Tapi aku menangkap kegalauan di raut wajahmu kali ini.

“Kenapa kau tidak berhenti saja ?” Hari ini aku melihatmu masih dengan kebiasaan itu, memperhatikanya, sama seperti sebelumnya, dari kejauhan.

“Belum ada yang membuatku berhenti”

“Maksudmu ?”

“Ia tidak pernah menolakku, juga tidak pernah menerimaku. Bahkan sampai sekarang Ia belum bersama siapapun. Aku hanya ingin menunggu sampai saat itu tiba. Saat dimana aku bisa memutuskan, memilikinya atau melepaskannya.”

“Kapan itu ?”

“Aku tidak tau pasti ... Mungkin sampai ia memutuskan untuk memilih. Memilihku atau memilih orang lain.”

Kamu seperti menangkap kebingunganku ...

“Hei .. Jangan memasang tampang bingung seperti itu. Aku tidak akan menunggu selamanya. Suatu saat, jika aku lelah menunggu, bahkan sebelum ia memilih, aku janji akan berhenti. Tapi kali ini, biarkan aku dengan penantianku”. Sebelum berlalu, kau lemparkan senyum manismu padaku.

Aku terdiam. Mencoba merenungi jalan pikiranmu. Sulit memang. Tapi setelah melihat senyum tersungging di bibirmu, kuyakinkan diriku, kau hanya sedang memperjuangkan kebahagiaanmu dengan caramu sendiri.

-------------------------
Gerlong, Feb 15th 2009
Gambar pinjem dari sini
0 comments

Dan Aku Memanggilnya ....

Teman-teman,
Aku ingin memperkenalkan seseorang pada kalian
Ia selalu setia menemani hari-hariku selama ini
bahkan jika fisik kami berjauhan, kupastikan hatinya selalu bersamaku

Ketika aku ingin berlari kencang,
Ia mengingatkanku kalau nanti aku jatuh, itu akan sakit sekali
Tapi aku bersikeras mencobanya
Walau kulihat tatapan tidak rela dari matanya, Ia mengizinkanku
Ia benar, aku jatuh ...
Tapi anehnya ia tidak menyalahkanku,
Malah dengan telaten merawat lukaku

Tatkala aku sedang gundah,
Ia juga hadir disisiku ..
Terkadang menyemangatiku dengan kata-kata indahnya
Kadang hanya diam, namun tetap memastikan untuk duduk di sampingku
Kalau-kalau aku butuh bantuan, katanya

Juga ketika aku sedang bingung,
Ia membantu mencarikan solusi masalahku
Sejujurnya, tak semuanya kulakukan
Kadang-kadang aku mengabaikan nasehatnya
Dan ketika aku salah jalan –karena mengabaikan perkataannya–
Ia tidak marah
Hanya menuntunku kembali dan memilih arah yang benar

Sewaktu aku sedang bahagia
Ia ikut tertawa bersamaku
Tak berhenti tersenyum, seakan kebahagiaan itu miliknya juga
Namun, ketika aku menangis
Ia tidak ikut menangis bersamaku
Ia hanya meminjamkan bahunya untukku bersandar
Tak lupa saputangannya, kalau-kalau aku ingin menghapus air mataku.

Bahkan ketika terkadang aku lupa bercerita padanya.
Aku lupa mengabarkan keadaanku
Ia tetap berdiri di sana,
dengan sabar menantikan ceritaku
Tanpa pernah memaksa ...

Teman-teman,
Aku tidak tau, kalian memanggilnya apa
Tapi jika kalian tanyakan padaku,
akan kujawab, aku memanggilnya IBU


--------------------------
-------------
Gerlong, Feb 17th 2010

gambar pinjem dari sini
Monday, April 26, 2010 0 comments

Kehilanganmu ....

"Kau tak ingin mempertimbangkannya ...?"

Aku masih ingat pertanyaan terakhir yang kau lontarkan padaku setahun yang lalu.

Aku menggeleng, "Mmm ... Maaf, kurasa tidak."

Sungguh .. aku tak berniat untuk angkuh kala itu. Aku menjawab dengan yakin berdasarkan logika pikiranku dan mm ... kurasa .. ya kurasa hatiku juga berkata demikian.

Ya ... Aku yakin dan selalu yakin dengan jawabanku ... setidaknya sampai pada titik aku mendatangimu tapi kau tak di sana. Ketika aku mencarimu dan tak kutemukan sosokmu. Bahkan jejakmu tak kutemukan. Keangkuhanku mulai pudar seiring kesadaran yang tiba-tiba muncul di hatiku. Aku kehilangan teman baikku ... Mmm bukan itu saja ... Aku kehilangan orang yang sangat aku butuhkan .... Aku kehilanganmu. Dan aku tak pernah aku mengira akan sesakit ini menyadari bahwa kau tak ada di sini. Tak ada lagi yang membuatkan makanan untukku. Tak ada lagi yang mendengar keluh kesahku, Mendengar cerita bahagia dan dukaku.

Aku menyesal ... aku marah pada diriku sendiri. Bukankah dulu kau pernah ingin terus bersama denganku. Bukankah dulu kau pernah meminta mendampingiku di suka & dukaku ... Dan dengan bodohnya, aku menolakmu .. Aku begitu angkuh menolak semua keindahan, hanya karena aku merasa belum nyata saat itu. Dan kenyataan itu datang tak lama setelah kau pergi ... kenyataan bahwa aku menginginkanmu

Tiba-tiba saja hari itu, aku menerima pesan singkat darimu, setelah hampir setahun kau menghilang.

"Aku ingin bertemu, bisakah?"

Aku tak bisa menjelaskan bagaimana senangnya aku hari tu. Ini pertanda sangat baik buatku. Kau yang menghilang setahun yang lalu membawa pergi kekecewaanmu, Kini kembali menghampiriku. Yaa ... ini bukan pertemuan kebetulan, tapi kau yang memintaku untuk bertemu ...

Ah ... kau memang tidak pernah berubah. Selalu saja bisa memaafkan. Selalu saja bisa menerima kesalahan-kesalahanku. Walaupun kali ini kau butuh waktu lebih lama, tak apa-apalah .... mungkin memang konsekuensi dari ketololanku.

Kau lebih kurus ... Mmm ... dan lebih cantik kurasa. Senyummu yang mengembang ketika jabat tangan pertama kita -sejak setahun yang lalu- seakan memberi kesan padaku. Fisikmu mungkin sedikit berubah, tapi kuyakin hatimu tidak.

"Maaf ...." Ternyata hanya satu kata itu yang bisa keluar dari mulutku, setelah begitu keras upayaku menghilangkan kegugupanku ... Ya Tuhan ... Aku seperti anak ABG yang baru jatuh cinta ...

"Untuk apa ? Harusnya aku yang minta maaf. Menghilang tanpa kabar." Kau masih saja begitu baik padaku. Meminta maaf untuk kesalahan yang pernah kubuat

"Aku juga minta maaf pernah memberimu pilihan yang sulit" Lanjutmu masih dengan kata-kata maaf. Tahukah kau ... aku semakin merasa bersalah dengan semua ketenangan dan permintaan maafmu. Kau yang tersakiti di sini, dan kau masih saja menyalahkan dirimu. Aku memang tolol selama ini ... menolak kehadiran seseorang sepertimu.

"Aku yang harus minta maaf. Ketololanku membuatku kehilanganmu" Kali ini suaraku bisa keluar dengan lancar.

Kau tersenyum ... manis sekali. Kenapa baru kusadari sekarang. Kau tersenyum sangat manis. Dan aku tak menyadarinya selama bertahun-tahun kebersamaan kita. Lagi-lagi aku menyadari ketololanku.

"Bagaimana kabarmu sekarang ... ? Kau terlihat ... mmmm ... agak kurus" Kau membuka pembicaraan lagi. Menyudahi tema maaf-memaafkan yang mungkin akan terus berlanjut jika tak kauhentikan.

Aku begini karena kehilanganmu ... Aku kacau akhir-akhir ini ... dan semuanya karena kau pergi. Ingin sekali kusampaikan kalimat itu. Tapi ternyata hanya batinku yang mampu bersuara. Sedangkan mulutku hanya menjawab sekenanya

"Ya .. beginilah"

C'mon ... Apalagi yang kau tunggu. Katakan sekarang. Katakan kalau kau menyesal membuat dia pergi. Katakan kalau kau membutuhkannya. Katakan .. ayo ... Batinku tiba-tiba memaksaku. Mungkin memang sudah saatnya.

"Sebenarnya, aku ingin berterima kasih" Mungkin karena terlalu lama menunggu, kau memulai lagi pembicaraan ini. Aku semakin salah tingkah. Ada apa ini ... kenapa tiba-tiba perasaanku mulai tidak nyaman ...

"Dulu, aku merasa bahwa hatiku untukmu. Kita sudah terlalu lama bersama. Sudah terbiasa melakukan banyak hal bersama. Aku menyayangimu. Bahkan waktu itu aku merasa aku mencintaimu." Kau memulai penjelasanmu

"Sejujurnya, dulu, ketika kau mengatakan tak bisa bersamaku. Aku kecewa. Makanya aku memutuskan menghilang dari hidupmu. Aku merasa hancur dan kurasa harus menata hatiku lagi. Tapi ternyata aku salah" Lanjutmu

"Aku ternyata tidak hancur. Dulu, mungkin karena aku terlalu terbiasa bersamamu. Ternyata setelah pergi aku dengan mudah bisa melupakanmu, mungkin karena kita tidak bersama lagi kala itu. Aku mengatakan semua itu sekarang, supaya kau tidak merasa bersalah karena tidak mencintaiku. Kukatakan sekarang ... aku tak apa-apa. Jadi kau tak perlu merasa bersalah. Bahkan aku berterima kasih karena dulu kau menolakku"

Pernyataanmu barusan serasa menghentak jantungku. Ketika menjauh dariku, kau menyadari bahwa kau hanya terbiasa bersama ku. Tapi aku ... ketika jauh darimu menyadari bahwa aku tak bisa kehilanganmu ... ironis ... benar-benar ironis.

"Oya, bukan itu saja alasan aku ingin bertemu denganmu. Aku ... aku ingin kau yang pertama kali tau kabar bahagia ini. Mmmm ... Aku akan menikah bulan depan."

Ternyata pembalasan karma ini belum selesai. Ternyata akibat kebodohanku sampai separah ini. Aku akan kehilanganmu ...

Selanjutnya ceritamu tentang dia yang sukses memenangkan hatimu terasa mengawang-ngawang di kepalaku ... Inikah akibat dari keangkuhanku. Dulu, aku begitu yakin bahwa aku tidak mencintaimu. Kau hanya sahabat biasa bagiku. Bahkan ketika kau menyatakan perasaanmu, aku menolakmu ... Tapi sekarang, ketika aku yakin bahwa rasa ini sudah sangat kuat padamu. Aku kehilanganmu ... benar-benar kehilanganmu ...


Bandung, Jan 10th, 2010

Wednesday, April 21, 2010 0 comments

Layaknya Mentari & Bumi

Orang bilang kita seperti mentari dan bumi

Pada akhirnya selalu bersatu

Ketika senja mulai menjelang


Mereka benar soal itu

Kita memang layaknya mentari dan bumi

Yang seolah-olah tampak bersatu ketika senja mempertemukan


Ya .. kita memang seperti mentari dan bumi

Yang setiap waktu dengan rutinnya bersama

Karena suatu kebiasaan dan kodrat alam


Yaa ... aku sampaikan mereka benar

Kita memang seperti mentari dan bumi

Yang terlihat bersatu

Padahal sangat-sangat jauh

Terlihat saling mendekat ketika sore menjelang

Namun sekaligus juga menjauh ketika pagi mengalahkan malam


Kita memang seperti mentari dan bumi

Yang ketika siang, lebih senang bermain dengan yang lain

Tanpa pernah ingin saling menyapa bahkan terkadang terkesan melupakan

Dan hanya kembali bersama ketika lelah mulai mendera


Kukatakan sekali, mereka memang benar

Kita seperti mentari dan bumi

Yang pada akhirnya memang tak kan bisa dipersatukan

Yang walaupun kadang terlihat sangat dekat

Tapi sebenarnya sangat jauh


Aku seperti bumi yang dengan semaumu bisa kau hampiri dan tinggalkan

Dan kau layaknya mentari yang justru akan lebih menghangatkan jika jauh berada di atas sana ...



-dyaAsnur-

March 23rd, 2010
 
;