Sekuntum bunga begitu bersemangat ketika tahu kelopaknya sebentar lagi akan membuka .. Tidak lagi dalam hitungan tahun, bulan, atau hari ... Tapi menit !! yaa hitungannya menit. Ia sudah membayangkan betapa cantiknya ia nanti. Kupu-kupu pasti akan mengajaknya bermain. Bahkan mungkin kumbang dan lebah ikut serta. Dan akhirnya, pada saat ia mulai muncul, perkiraanya tak meleset. Ia terlihat sangat indah.
Tak lama setelah kelopaknya membuka, Hujan datang sangat deras. Petirpun ikut-ikutan menyambar. Ia kaget. Ini pengalaman baru yang menakutkan baginya. Dan tentu saja Ini di luar perkiraannya.
Rasa takut kemudian muncul di hatinya ... Bahkan rasa menyesal datang kemudian. Andai saja, ia masih berada di kelopak itu ... Andai saja ia tak keluar .. tentu ia tidak perlu merasakan sakit ditimpa hujan yang begitu deras, ataupun takut melihat kilat yang membelah langit.
"Tuhan ... Kenapa kau datangkan hujan dan petir ? Ini menakutkan Tuhan. Tolong hentikan ini semua "Ia berteriak ... berharap Tuhan mendengar permintaannya.
Hujan mulai reda, Tapi langit masih mendung. Petir pun masih bersahut-sahutan. Seekor kupu-kupu yang mendegar teriakannya, memberanikan diri menghampirinya.
"Bunga yang cantik ... Kenapa kau meminta seperti itu ?" Kupu-kupu bertanya lembut.
Sambil terisak Bunga menjawab "Aku keluar dari kelopakku untuk melihat dunia yang indah, bukan menakutkan seperti ini. Hujan ini menyakitiku. Bukan ini dunia yang kuimpikan. Huh ... Andaikan hujan ini tak ada, pasti duniaku akan indah."
Kupu-kupu tersenyum bijak. "Bunga ... Walaupun sekarang kau merasa sakit karena hujan ini turun begitu deras menimpamu, tapi kau tak akan bisa hidup tanpanya"
"Bagaimana mungkin ? Ia terus menyakitiku. Mana mungkin aku membutuhkannya" Sang bunga bersikeras dengan pendapatnya. Ia tetap bersikeras bahwa kehadiran hujan ini hanya akan menyakitinya. Ia terus berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan hujan ini.
Hari dan bulan berganti. Hujan tak lagi datang. Awalnya bunga begitu bahagia. Berarti Tuhan mendengar doanya. Tapi lama kelamaan, Bunga merasakan ada perubahan di dirinya. Ia tiba-tiba merasa tak bersemangat. Tak ada tenaga bahkan untuk berdiri tegak. Daunnya pun terlihat mulai menguning. Badannya terasa sangat kering.
Bunga takut sekali. Ia belum lama keluar dari kelopaknya. Ia sungguh tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa tiba-tiba ia merasa begitu lemah. pada saat itu, Ia melihat kupu-kupu yang pernah menasehatinya lewat.
"Kupu-kupu ... Aku butuh bantuanmu" Ia memanggil kupu-kupu itu
"Apa yang bisa kubantu, bunga ?"
"Badanku lemah. Daun dan mahkotaku tak lagi cerah. Tahukah kau apa yang terjadi padaku ?"
"Oh ... kau kekurangan air bunga. Kau begini karena tak ada lagi hujan yang mengenai tanahmu."
"Maksudmu ?"
"Bunga, kau ingat aku pernah bercerita tentang hujan padamu ?"
Bunga mengangguk lemah
"Mungkin saat itu kau bersikeras, bahwa hujan yang datang menyakitimu karena ia terus menimpa mahkotamu. Ada satu hal yang tak kau sadari. Tanah di bawah kakimu menyerap airnya bunga. Dan mengalirkan ke tubuhmu. Dengan itulah kau bisa hidup. Jadi, ia tidak dikirimkan Tuhan untuk menyakitimu bunga. Ia dikirim untuk membuatmu hidup"
Bunga teringat pintanya pada Tuhan.
"Sekarang hujan tidak turun lagi. Tuhan mendengar doaku waktu itu. Apa Tuhan marah padaku ? Apa aku tidak akan bertemu hujan lagi ?"
"Tuhan tidak marah bunga ... Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya. Semua ada waktunya."
Dengan sisa-sisa tenaganya, Bunga tersenyum lemah.
So, guys. Jika sesuatu yang kamu anggap buruk menimpamu, yakinlah itu tidak selamanya buruk, dan Tuhan mengirimkannya bukan untuk menyakitimu tapi untuk membuatmu lebih kuat.
by dya asnur, Feb 19, 2010